Selasa, 26 Januari 2010

MENGHITUNG KEKUATAN DAN MENGUATKAN PERHITUNGAN

Nasib bagaikan anak ayam dalam genggaman kedua tangan di belakang badan kita, sehingga semua orang dihadapan kita tidak mengetahui apa yang akan terjadi dengan ayam itu, kecuali diri kita sendiri. Seandainya semua orang menganggap anak ayam itu akan mati maka kita bisa menyelamatkannya dengan sekedar meregangkan genggaman, tetapi sebaliknya walaupun semua orang menginginkan anak ayam itu tetap hidup pun tidak akan terjadi manakala genggaman tangan kita eratkan dalam seketika. Begitulah nasip di tangan kita, walalupun hanya takdir Tuhan yang memiliki hidup dan matinya anak ayam itu tetapi genggaman tangan kitalah yang menyebabkannya.
Seorang semeton mengatakan kepada saya bahwa saat ini gumi paer kita sedang giat-giatnya mencari SDM yang akan ditempatkan diposisi-posisi strartegis (baca:posisi basah) dalam pemerintahan. Setengah tidak percaya saya bilang “ah mana mungkin” setahu saya di daerah manapun trendnya adalah team sukses. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa kehandalan team sukses seorang calon akan sangat menentukan berhasil tidaknya seorang raja otonomi duduk di atas singgasana rakyatnya. Sehingga manakala sang jagoan berhasil merebut kursinya maka yang lebih berbahagia (baca: lebih berkuasa) adalah team suksesnya, sementara sang raja sibuk melayani permohonan team suksesnya (dan saya tidak akan mengatakan kalau sang raja telah melupakan kebutuhan rakyatnya).


Semula saya tidak tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang SDM menurut semeton kita ini, karena bagi saya seorang calon dan team suksesnya sudah pasti merupakan SDM yang handal di daerahnya sehingga tidak diragukan lagi kalau mereka lalu memilih SDM lainya untuk mendampinginya (baca:mengamankan posisinya). Tetapi semeton tadi malah nyerocos menjelaskan ini itu sambil menyebut si ini si itu dan menunjuk di sini di situ dengan kesimpulan SDM adalah Saudara Dan Menantu.
Kali inipun saya tidak kaget, karena bagi saya semua adalah Saudara Dan termasuk Menantu. Apa yang salah ? kata saya, kalau memang Saudara Dan Menantu itu merupakan SDM yang tepat sesuai The Right Man on The Right Job. Lagi lagi semeton niki mengatakan “The Right Man on The Right Money”. Ooo … “Tunggu dulu”, saya bilang (karena bukannya saya tidak tahu). Memang inilah jamannya demokrasi.
Di negara asalnya demokrasi (dan otonomi) dapat diterapkan dan berkembang sesuai relnya karena masyarakatnya sudah maju dan memiliki kekuatan dalam setiap perhitungan titik kehidupan dan memiliki kemampuan untuk selalu menguatkan simpul perhitungannya. Sehingga tidak ada calon yang lemah dan team sukses dari SDM, masyarakatnya tidak memilih (baca: membeo) hanya karena SDM dan sang Rajapun tidak perlu mengutamakan SDMnya, karena semuaya adalah orang-orang kuat dalam perhitungan sosial, ekonomi dan politik sehingga tidak terbeli oleh janji, tidak tersuap oleh sesuap nasi.
Lalu siapakah yang salah ? Jelas tidak ada gunanya mencari siapa yang salah, karena yang salah adalah orang yang menyalahkan orang lain maupun dirinya, dan yang benar adalah orang yang tahu siapa yang salah walaupun itu dirinya sendiri. Yang benar saja belum tentu tepat, karena yang tepat adalah orang tahu kesalahan dirinya dan memperbaikinya sehingga dia mampu membenarkan orang lain yang salah. Dan orang itu adalah orang mampu menghitung kekuatannya dan selalu menguatkan perhitungannya.
Menghitung kekuatan akan membawa kita ketempat yang benar pada waktu yang benar. Jika demikian tidak akan terjadi seorang yang memiliki kemampuan yang seharusnya berhak dan mampu menduduki sebuah jabatan tetapi tersingkir karena waktu pilkadal jagoannya kalah. Tidak akan terjadi seorang yang memiliki kemampuan tetapi masih bingung mencari titik kehidupannya dan hanya meminta jatah kue dari orang selalu dia salahkan. Maka hitunglah kekuatan kita sehingga kita dapat berdiri diatas kaki kita sendiri dengan atau tanpa fasilitas SDM maka walaupun sekecil zarrah tempat kita sudah benar pada waktu yang benar.
Menguatkan perhitungan akan mengantar kita ketempat yang lebih baik dimasa yang akan datang. Jika demikian tidak akan terjadi seorang yang mungkin mujur karena SDMnya dapat anugerah kursi basah dan begitu terdepak langsung kepak (seperti lumpuh). Tidak akan terjadi seorang yang memiliki kemampuan terus frustrasi mengahadapi kelangkaan SDMnya untuk dijadikan pijakan sebelah kaki sementara kakinya sendiri masih lengkap. Maka dengan selalu menguatkan perhitungan kita akan mampu hidup lebih baik di masa setelah demokrasi (dan otonomi) sekalipun.
Horas Meton
Guru Sasak in Sibolga

Komentar : HRJ
saya telah menghitung kekuatan saya dan menghitung ulang kekuatan saya dengan menguatkan perhitungan demi perhitungan yang telah saya lewati, sayang sekali saya tak berdaya diantara orang orang edan yang penuh perhitungan dengan strategi akal bulus.

Buaya sampai jatuh derajatnya karena berebut nyamuk dengan cecak. Daripada saya jatuh menjadi manusia edan kelas nyamuk dengan segala perhitungan yang kuat saya serahkan batang leher saya kepada Allah SWT. Semoga anda selalu bahagia semetonku sax sholeh!
12 November 2009 18:58


Baca Selengkapnya......