Kamis, 04 Juni 2009

Belajar Kecil-kecilan

Di sebuah gubuk kecil bernama Dasan Tinggi Desa montong Gamang Kopang Lombok Tengah yang masih gelap dari sinaran PLN, lahirlah seorang anak laki-laki dengan bantuan dukun kampoeng yang tidak mengenal tanggalan. Tanpa melihat buku panduan pemberian nama apalagi referensi nama-nama keren dalam seketika ayahnya memberi nama "MANSUR" dengan tujuan sesuai artinya "ditolong".

Dia tumbuh dengan kasih sayang yang tulus dari kedua orang tuanya yang memang mendambakan satu-satunya anak laki-laki dalam keluarga sederhana itu. Dibesarkan dalam lingkungan religius telah mewajibkannya untuk mengaji pada guru kampoeng yang tidak pernah masuk TK. Umur 5 tahun yang dihitung dari berapa kali panen padi (maklum di tempatnya hanya bisa menanam padi sekali setahun) telah mengharuskannya mengikuti kakanya yang Sekolah dasar pada pagi hari, Diniyah pada sore hari, dan mengaji pada malamnya hingga larut malam dan paginya dibangunkan dengan siraman air untuk berjamaah shalat subuh. Di pagi hari (sepulang mengaji-sebelum berangkat sekolah)harus memberi makan ayam-ayam, siangnya (sepulang sekolah-sebelum berangkat Diniyah) harus mengais sekeranjang rumput untuk sapi peliharaannya, dan sorenya (sepulang Diniyah-sebelum berangkat mengaji)harus memastikan sapi dan ayamnya telah berada di kandangnya masing.
Kapan belajarnya...?

Sekolah doeloe tidak harus memberikan PR berupa tugas dan membaca buku pelajaran (karena tidak ada buku pelajaran yang dibagikan)memang terkadang ada tugas membawa batu untuk pekarangan sekolah, atau membawa air untuk menyiram seluruh tanaman dan mengisi bak MCK sekolah. Sekolah dasar telah memberinya bekal membaca alam dan berhitung tentang kehidupan. Diniyah telah memberinya pengalaman beristinjak dan memahami sipat dua puluh sampe nahu-saref. Pengajian telah membuatnya bisa membaca Al-Qur'an dengan Tajwid yang benar dan wajar serta mengamalkan pardlu 'ain dan mengetahui pardlu kipayah. Ayam dan sapi telah memberinya gemblengan kerasnya kehidupan dan bernilainya waktu.

Begitulah, dia tidak pernah menyadari kapan dia belajar, semua dilakukan dengan dasar bakti kepada orang tua, takut kepada guruynya, dan malu kepada lingkungannya. Terakhir di tamat dari SD dengan peringkat 2 terbaik dan berhasil masuk SMP Favorit, sedangkan diniyah dan mengajinya tidak pernah tamat.

(sekarang gubuk itu telah terang benderang, dan merupakan pulau yang sangat diburu wisatawan mancanegara : Lombok is Beatifull)

Pelajarannya :
Belajar tidak mesti membaca buku atau mengerjakan PR saja, tetapi belajar yang sebenarnya adalah berusaha membaca sekitar kita dan menanamkannya di dalam diri kita
to be continued

0 komentar:

Posting Komentar